Selasa, 30 April 2013

Versi 7.7 dari MineSight 3D (MS3D)

Versi 7.7 dari MineSight 3D

MineSight 3D (MS3D) Versi 7.7

Mintec telah merilis versi 7.7 dari MineSight 3D (MS3D), yang meliputi peningkatan yang signifikan terhadap impor dan ekspor AutoCAD DXF dan file DWG. Perusahaan mengatakan bahwa grafis 3D merupakan bagian integral dari software, yang memberikan tampilan interaktif dan mengedit semua jenis data, termasuk drillholes, model blok 3D, interpretasi geologi, kontur topografi, dan permukaan grid atau segitiga.

MS3D juga dilengkapi alat-alat canggih interpretasi, desain 3D lengkap untuk Layout tambang bawah tanah, CAD pengeditan polylines dan Solids, dan visualisasi dari semua jenis data geologi serta pertambangan.

Upgrade ke versi 7.7 mencakup penuh dengan membaca dan menulis kemampuan DWG asli dan format file DXF ke MS3D, menggunakan Autodesk RealDWG toolkit. Pengguna juga dapat mengimpor format file AutoCAD mulai dari R12 melalui AutoCAD 2013, dan ekspor DWG atau file DXF di R15 (AutoCAD 2000) format untuk kompatibilitas dengan versi AutoCAD lama.

Perilisan ini mengkonsolidasikan perbaikan yang telah dilakukan untuk MS3D di Mintec kegiatan tahunan Perbarui DVD, yang diterbitkan pada bulan Desember 2013. DVD fitur plug-in baru, termasuk penambahan Surface Resloping Tool untuk MS3D Engineering Open Pit CAD, memungkinkan para insinyur untuk mengurangi bentuk, seperti tempat pembuangan limbah ke lereng akhir yang diinginkan sementara menyeimbangkan cut and fill. MS3D juga termasuk plug-in untuk Auto Generasi Cut - digunakan untuk membuat pemotongan mulai dari poligon, polylines, atau solids - dan Digline Generator, digunakan untuk menetapkan urutan pertambangan untuk pemotongan pada setiap bench individu masing-masing tahapan.


Sumber : www.miningmagazine.com

Kamis, 25 April 2013

Gawat, Kita Dikepung Polusi -(Pencemaran Lingkungan)

Tanggal 31 Mei yang lalu ditetapkan sebagai hari tanpa rokok. Sehari saja kita terbebas dari asap beracun itu. Tahukah Anda bahwa rokok dapat disebut polusi? Tanpa disadari, kebiasaan seharihari kita pun ikut menyumbang polusi.

Sebagian dari kita senang menikmati sunrise atau sunset nun jauh di pegunungan atau pantai. Matahari tampak begitu indah dengan langit berwarna keemasan. Beda dengan langit kelabu yang kita temui sehari-hari. Apalagi, di kota besar, langit jarang terlihat biru, seperti torehan gambar kita di masa kecil.

Kabut yang naik di pagi hari bukanlah embun yang menyirami alam. Namun, merupakan asap dari polusi udara di sekitarnya. Bahkan kerlap-kerlip bintang di langit malam semakin redup. Inilah satu akibat polusi yang dapat kita lihat.

Sebagian besar polusi �disumbang� oleh freon, timbal, karbon monoksida, dan merkuri. Waduh, benda apa itu? Mungkin kita mengernyitkan kening karena merasa tidak akrab dengan zat-zat tersebut.

Padahal, tanpa disadari mereka ada di sekitar kita dan kita pun "bergaul" akrab dengan mereka.

Asalnya polusi

Freon, misalnya. Senyawa yang bernama lain Chloro Flouro Carbon (CFC) dikembangkan antara tahun 1928 dan 1930 oleh dunia industri. Biasanya, digunakan sebagai zat pendingin untuk AC dan lemari es, dan untuk produk hair spray. Penggunaan freon menimbulkan masalah cukup serius, sebab, freon dapat membuka lapisan ozon di atmosfer hingga lubang di lapisan penyaring ultraviolet. Dengan kata lain, sinar ultraviolet langsung menuju bumi dan tanpa basa-basi mengenai manusia. Akibatnya, manusia rawan terkena kanker kulit.

Hal ini mengakibatkan gas rumah kaca sehingga suhu bumi naik dan membuat lapisan es bumi meleleh. Para ahli memperkirakan bahwa beberapa bagian daratan bumi akan tenggelam seiring dengan meningkatnya permukaan air laut akibat gletser yang mencair. Perubahan temperatur tidak dapat dihindarkan. Hal ini menyebabkan perubahan cuaca dan gejala alam yang sulit diramalkan. Dalam bidang pertanian, pola panen jadi berubah-ubah. Jika kita renungkan, semua gejala itu sudah kita rasakan sekarang.

Contohnya banjir yang sering melanda kota kita.

Lalu, karbon monoksida (CO) antara lain disumbangkan oleh perokok serta asap knalpot kendaraan kita. Sebenarnya, pencemaran udara CO.

Sebagian racun di udara disebabkan oleh manusia, yaitu dari pabrik dan kendaraan bermotor. Kedua

sumber tersebut mencemari udara dengan karbon (C), hidrokarbon (HCI), belerang (S), dan nitrogen (N) yang dilepaskan sebagai bahan bakar fosil (dari minyak, batu bara, dan gas). Zat dioksin hasil kebakaran hutan, asap rokok, knalpot mobil, dan pembakaran limbah plastik juga turut menyebabkan polusi di jalan.

Namun, sumber polusi utama di jalanan berasal dari alat transportasi. Hal ini karena 60 persen polutan (zat penyebab polusi) dihasilkan karbon monoksida.

Hampir semua segi kehidupan memerlukan udara bersih dalam jumlah yang sangat besar. Udara yang terkontaminasi akan menyebabkan berjuta-juta orang menderita kerusakan paru-paru. Salah satu peristiwa polusi udara terbesar terjadi di London tahun 1952 yang menewaskan lebih dari 4.000 orang.

Sebagian besar orang yang hidup di kota besar menderita gangguan pernapasan. Hal ini baru disadari setelah gangguan pernapasan tersebut menyebabkan radang tenggorokan dan penyakit paru-paru. Jika orang tua terbiasa menghirup udara berpolutan, kemungkinan darah janinnya pun terkena polusi. Bayi yang lahir dari orang tua yang darahnya tidak sehat akan mengalami gangguan pada perkembangan fisik dan kecerdasan.

Penyebab timbulnya racun CO yang lain adalah AC mobil. AC mobil yang tidak dirawat akan mengotori

udara dan dapat membuat kita terkena alergi atau asma.

Jika saluran AC bocor, gas CO yang masuk ke kabin penumpang dapat menyebabkan kita mati lemas tanpa disadari. Gas CO tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi sangat beracun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin (Hb). Gejala yang timbul adalah jika kita mulai sakit kepala, lelah, serta sesak napas setelah lama menghirup udara di sekitar tempat tercemar itu.

Sayangnya, penggunaan bahan bakar terus meningkat sehingga jumlah CO2 yang dihasilkan semakin tinggi. Di sisi lain, pepohonan semakin berkurang, karena antara lain digunakan untuk jalur busway di Jakarta sehingga penyerapan CO2 oleh tanaman menurun.

Polusi juga dapat berasal dari timbal atau Pb. Kita mungkin pernah mendengar kasus Minamata di Jepang, orang yang tercemar logam berat dan menderita cacat serta sistem sarafnya terganggu. Dari mana asalnya logam berat ini? Timbal berasal dari asap kendaraan bermotor yang bahan bakarnya mengandung tetra ethyl lead (TEL). Sementara TEL, biasanya terdapat pada bensin. Sumber pencemar logam Pb lainnya adalah baterai, cat, industri penyepuhan, dan pestisida.

Anak yang sedang tumbuh dan terlalu sering menghirupPbdarigasbuangankendaraan, kecerdasannya akan menurun, pertumbuhan terhambat, bahkan dapat menimbulkan kelumpuhan. Gejala keracunan Pb lainnya adalah mual, anemia, dan sakit perut. Oleh karena itu, jangan suka sembarangan menyantap lalap. Dari hasil penelitian, sayuran yang dijual atau ditanam di pinggir jalan raya dapat mengandung timbal di atas ambang batas yang diizinkan.

Selanjutnya, racun merkuri (Hg) juga sangat membahayakan. Penambangan emas merupakan sumber pencemaran merkuri yang serius, karena menyebarkan merkuri ke udara, air, dan tanah sebanyak 400 hingga 500 ton per tahun. Merkuri, yang digunakan dalam penambangan emas dan perak untuk memisahkan logam berharga tersebut dari batu-batuan dan tanah, sering mengganggu kesehatan penambang maupun keluarganya dan juga mencemari lingkungan. Ketika berada di atmosfer, logam berat berbahaya ini dapat menjangkau wilayah yang jauhnya ribuan kilometer. Sungai di sekitar penambanganpun turut tercemar sehingga ibu hamil yang memakan ikan yang telah terkontaminasi merkuri dapat melahirkan anak dengan otak cacat.

Racun merkuri juga dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batu bara serta mesin pembakar sampah. Merkuri pun terdapat dalam zat pemutih kulit yang kita pakai. Memang zat itu dapat menyebabkan kulit tampak putih mulus, tetapi lama-kelamaan akan mengendap di bawah kulit. Setelah bertahun-tahun, kulit akan berwarna biru kehitaman, bahkan dapat memicu timbulnya kanker.

Sumber: Kompas, Juni 2004 (dengan perubahan)

Dari Catatan Sekolah

Thank to Duta Pulsa - Dynasis - Buku Murah

Kamis, 04 April 2013

Limbah Gas

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleb sumber alami sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan banyaknya polutan udara dan aktivitas ini. Polutan udara sebagai hasil aktivitas manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan banyaknya, terlebih lagi jika diketahui jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya aktivitas tersebut, serta spesifikasi satuan operasi yang digunakan dalam proses maupun pasca prosesnya. Selain itu sebaran polutan ke atmosfir dapat pula diperkirakan dengan berbagai macam pendekatan. Bagaimana cara memperkirakan banyaknya polutan yang keluar dari sistem operasi tertentu, serta pendekatan yang digunakan untuk memprediksi sebaran polutan tersebut ke atmosfir akan diuraikan pada pembahasan berikut ini.

Proses Pencemaran Udara

Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang "bersih" disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebat cemaran (pollutant).

Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.

Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.

Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran udara global adalah:

a. Karbon monoksida (CO),

b. Nitrogen oksida (Nox),

c. Hidrokarbon (HC),

d. Sulfur oksida (SOx)

e. Partikulat.

Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal, regional maupun global yaitu:

a. CO2 (karbon monoksida),

b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),

c. Hujan asam,

d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),

e. CH4 (metana).

Unsur-unsur Pencemar Udara

a. Karbon monoksida (CO)

Pencemaran karbon monoksida berasal dari sumber alami seperti: kebakaran hutan, oksidasi dari terpene yang diemisikan hutan ke atmosfer, produksi CO oleh vegetasi dan kehidupan di laut. Sumber CO lainnya berasal dari sumber antropogenik yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil yang memberikan sumbangan 78,5% dari emisi total. Pencemaran dari sumber antropogenik 55,3% berasal dari pembakaran bensin pada otomotif.

b. Nitrogen oksida (NOx)

Cemaran nitrogen oksida yang penting berasal dari sumber antropogenik yaitu: NO dan NO2. Sumbangan sumber antropogenik terhadap emisi total � 10,6%.

c. Sulfur oksida (SOX)

Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H2S, merkaptan, SO2, SO3, H2SO4

garam-garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Dari cemaran tersebut yang paling penting adalah SO2 yang memberikan sumbangan � 50% dari emisi total. Cemaran garam sulfat dan sulfit dalam bentuk aerosol yang berasal dari percikan air laut memberikan sumbangan 15% dari emisi total.

d. Hidrokarbon (HC)

Cemaran hidrokarbon yang paling penting adalah CH4 (metana) + 860/ dari emisi total hidrokarbon, dimana yang berasal dari sawah 11%, dari rawa 34%, hutan tropis 36%, pertambangan dan lain-lain 5%. Cemaran hidrokarbon lain yang cukup penting adalah emisi terpene (a-pinene p-pinene, myrcene, d-Iimonene) dari tumbuhan � 9,2 % emisi hidrokarbon total. Sumbangan emisi hidrokarbon dari sumber antrofogenik 5% lebih kecil daripada yang berasal dari pembakaran bensin 1,8%, dari insineratc dan penguapan solvent 1,9%.

e. Partikulat

Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 �m.

Partikel dengan ukuran > 10 �m akan diendapkan secara gravitasi dari atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 �m pada umumnya tidak menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu cemaran partikulat yang penting adalah dengan kisaran ukuran 0,1 - 10 �m. Sumber utama partikulat adalah pembakaran bahan bakar � 13% - 59% dan insinerasi.

f. Karbondioksida (CO2)

Emisi cemaran CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar dan sumber alami. Sumber cemaran antropogenik utama adalah pembakaran batubara 52%, gas alam 8,5%, dan kebakaran hutan 2,8%

g. Metana (CH4)

Metana merupakan cemaran gas yang bersama-sama dengan CO2, CFC, dan N2O menyebabkan efek rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global. Sumber cemaran CH4 adalah sawah (11%), rawa (34%), hutan tropis (36%), pertambangan dll (5%). Efek rumah kaca dapat dipahami dari Gambar 30. Sinar matahari yang masuk ke atmosfer sekitar 51% diserap oleh permukaan bumi dan sebagian disebarkan serta dipantulkan dalam bentuk radiasi panjang gelombang pendek (30%) dan sebagian dalam bentuk radiasi inframerah (70%). Radiasi inframerah yang dipancarkan oleh permukaan bumi tertahan oleh awan. Gas-gas CH4, CFC, N2O, CO2 yang berada di atmosfer mengakibatkan radiasi inframerah yang tertahan akan meningkat yang pada gilirannya akan mengakibatkan pemanasan global.

h. Asap kabut fotokimia

Asap kabut merupakan cemaran hasil reaksi fotokimia antara O3, hidrokarbon dan NOX membentuk senyawa baru aldehida (RHCO) dan Peroxy Acil Nitrat (PAN) (RCNO5).

i. Hujan asam

Bila konsentrasi cemaran NOx dan SOX di atmosfer tinggi, maka akan diubah menjadi HNO3 dan H2SO4.

Adanya hidrokarbon, NO2, oksida logam Mn (II), Fe (II), Ni (II), dan Cu (II) mempercepat reaksi SO2 menjadi H2SO4.

HNO3 dan H2SO4 bersama-sama dengan HCI dari emisi HCI menyebabkan derajad keasaman (pH) hujan menjadi rendah <>

Pencemaran Udara Ambien

Kualitas udara ambien merupakan tahap awal untuk memahami dampak negatif cemaran udara terhadap lingkungan. Kualitas udara ambien ditentukan oleh: (1) kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran; (2) proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer.

Kualitas udara ambien akan menentukan dampak negatif cemaran udara terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat (tumbuhan, hewan, material dan Iain-Iainnya)

Informasi mengenai efek pencemaran udara terhadap kesehatan berasal dari data pemaparan pada binatang, kajian epidemiologi, dan pada kasus yang terbatas kajian pemaparan pada manusia. Penelitian secara terus menerus dilakukan dengan tujuan:

(1) Menetapkan secara lebih baik konsentrasi dimana efek negatif dapat dideteksi,

(2) Menentukan korelasi antara respon manusia dan hewan terhadap cemaran,

(3) Mendapatkan informasi epidemiologi lebih banyak, dan

(4) Menjembatani gap informasi dan mengurangi ketidakpastian baku mutu yang sekarang diberlakukan.

Baku mutu kualitas udara lingkungan/ambien ditetapkan untuk cemaran yaitu: O3 (ozon), CO (karbon monoksida), NOX (nitrogen oksida), SO2 (sulfur oksida), hidrokarbon non-metana, dan partikulat. Baku Mutu Kualitas Udara Nasional Amerika (Tabel 13) yang telah dikaji oleh National Academics of Science and Environmental Protection Agency (NEPA) menetapkan baku mutu primer dan baku mutu sekunder.

Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi pada batas keamanan yang mencukupi (adequate margin safety) kesehatan masyarakat dimana secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian masyarakat (15- 20%) yang rentan terhadap pencemaran udara. Baku mutu sekunder ditetapkan untuk melindungi kesejahteraan masyarakat (material, tumbuhan, hewan) dari setiap efek negatif pencemaran udara yang telah diketahui atau yang dapat diantisipasi.

Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambien ditentukan baku mutu emisi berdasarkan antisipasi bahwa dengan emisi cemaran dibawah baku mutu dan adanya proses transportasi, konversi, dan penghilangan cemaran maka kualitas udara ambien tidak akan melampaui baku mutunya. Salah satu contoh baku mutu emisi adalah untuk Pembangkit Daya Uap dengan Bahan Bakar Batubara.

Faktor emisi

Apabila sejumlah tertentu bahan bakar dibakar, maka akan keluar sejumlah tertentu gas hasil pembakarannya. Sebagai contoh misalnya batu bara yang umumnya. ditulis dalam rumus kimianya sebagai C (karbon), jika dibakar sempurna dengan 02 (oksigen) akan dihasilkan CO2 (karbon dioksida). Namun pada kenyataannya tidaklah demikian.

Ternyata untuk setiap batubara yang dibakar dihasilkan pula produk lain selain CO2, yaitu CO2 (karbon monoksida), HCHO (aldehid), CH4 (metana), NO2 (nitrogen dioksida), SO2 (sulfur dioksida) maupun Abu.

Produk hasil pembakaran selain CO2 tersebut, umumnya disebut sebagai polutan (zat pencemar).

Faktor emisi disini didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar se/ama kurun waktu tertentu. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa jika faktor emisi sesuatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari proses pembakarannya dapat diketahui jumlahnya persatuan waktu.

Sebaran polutan

Polutan yang diemisikan dari sistem akan tersebar ke atmosfer.

Konsentrasi polutan di udara sebagai hasil sebaran polutan dari sumber emisi dapat diperkirakan dengan berbagai pendekatan, diantaranya adalah dengan model kotak hitam (black box model), model distribusi normal Gaussian (Gaussian Model), dan model lainnya.

Plume rise (kenaikan kepulan asap)

Gerakan ke atas dari kepulan gas dari ketinggian cerobong (stack), hingga asap mengalir secara horisontal dikenal sebagai "plume rise" atau kenaikan kepulan asap. Kenaikan ini disebabkan adanya momentum akibat kecepatan vertikal gas maupun perbedaan suhu "flue gas" dengan udara ambien. Karena adanya plume rise ini, tinggi stack secara fisik tidak dapat digunakan pada persamaan Gauss.

Sebagai gantinya, tinggi stack perlu ditambah dengan tinggi kenaikan kepulan asap sehingga dikenal adanya tinggi stack efektif.

Korelasi Antara Pencemaran Udara dan Kesehatan

Pencemaran udara dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia melalui berbagai cara, antara lain dengan merangsang timbulnya atau sebagai faktor pencetus sejumlah penyakit. Kelompok yang terkena terutama bayi, orang tua dan golongan berpenghasilan rendah yang biasanya tinggal di kota-kota besar dengan kondisi perumahan dan lingkungan yang buruk. Menelaah korelasi antara pencemaran udara dan kesehatan, cukup sulit. Hal ini karena:

1. Jumlah dan jenis zat pencemar yang bermacam -macam.

2. Kesulitan dalam mendeteksi zat pencemar yang dapat menimbulkan bahaya pada konsentrasi yang sangat rendah.

3. Interaksi sinergestik di antara zat-zat pencemar.

4. Kesulitan dalam mengisolasi faktor tunggal yang menjadi penyebab, karena manusia terpapar terhadap sejumlah banyak zat-zat pencemar yang berbahaya untuk jangka waktu yang sudah cukup lama.

5. Catatan penyakit dan kematian yang tidak lengkap dan kurang dapat dipercaya.

6. Penyebab jamak dan masa inkubasi yang lama dari penyakitpenyakit (misalnya: emphysema, bronchitis kronik, kanker, penyakit jantung).

7. Masalah dalam ekstrapolasi hasil percobaan laboratorium binatang ke manusia.

Terdapat korelasi yang kuat antara pencemaran udara dengan penyakit bronchitis kronik (menahun). Walaupun merokok hampir selalu menjadi urutan tertinggi sebagai penyebab dari penyakit pernafasan menahun akan tetapi sulfur oksida, asam sulfur, partikulat, dan nitrogen dioksida telah menunjukkan sebagai penyebab dan pencetusnya asthma brochiale, bronchitis menahun dan emphysema paru.

Hasil-hasil penelitian di Amerika Serikat sekitar tahun 70-an menunjukkan bahwa bronchitis kronik menyerang 1 di antara 5 orang laki-laki Amerika umur antara 40-60 tahun dan keadaan ini berhubungan dengan merokok dan tinggal di daerah perkotaan yang udaranya tercemar.

Hubungan yang sebenarnya antara pencemaran udara dan kesehatan ataupun timbulnya penyakit yang disebabkannya sebetulnya masih belum dapat diterangkan dengan jelas betul dan merupakan problema yang sangat komplek. Banyak faktor-faktor lain yang ikut menentukan hubungan sebab akibat ini. Namun dari data statistik dan epidemiologik hubungan ini dapat dilihat dengan nyata.

Pada umumnya data morbiditas dapat dianggap lebih penting dan berguna daripada data mengenai mortalitas. Apalagi penemuan-penemuan kelainan fisiologik pada kehidupan manusia yang terjadi lebih dini sebelum tanda-tanda penyakit dapat dilihat atau pun dirasa, sebagai akibat dari pencemaran udara, jelas lebih penting lagi artinya. Tindakan pencegahan mestinya telah perlu dilaksanakan pada tingkat yang sedini mungkin.

WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and Method of Measurement telah menetapkan beberapa tingkat konsentrasi pencemaran udara dalam hubungan dengan akibatnya terhadap kesehatan/ lingkungan sebagai berikut:

Tingkat I : Konsentrasi dan waktu expose di mana tidak ditemui akibat apa-apa, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tingkat II : Konsentrasi di mana mungkin dapat ditemui iritasi pada panca indera, akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan, pembatasan penglihatan atau akibat-akibat lain yang merugikan pada lingkungan (adverse level).

Tingkat III : Konsentrasi di mana mungkin timbul hambatan pada fungsi-fungsi faali yang fital serta perubahan yang mungkin dapat menimbulkan penyakit menahun atau pemendekan umur (serious level).

Tingkat IV : Konsentrasi di mana mungkin terjadi penyakit akut atau kematian pada golongan populasi yang peka (emergency level).

Beberapa cara menghitung/memeriksa pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan adalah antara lain dengan mencatat: jumlah absensi pekerjaan/dinas, jumlah sertifikat/surat keterangan dokter, jumlah perawatan dalam rumah sakit, jumlah morbiditas pada anak-anak, jumlah morbiditas pada orang-orang usia lanjut, jumlah morbiditas anggotaanggota tentara penyelidikan pada penderita dengan penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, paru dan sebagainya.

Penyelidikan-penyelidikan ini harus dilakukan secara prospektif dan komparatif antara daerah-daerah dengan pencemaran udara hebat dan ringan, dengan juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh (misalnya udara, kebiasaan makan, merokok, data meteorologik, dan sebagainya).

Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara

Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh pencemaran udara adalah:

1) Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama. Hal ini membuktikan bahwa prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari. Dengan membersihkan udara dapat terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.

2) Emphysema pulmonum.

3) Bronchopneumonia.

4) Asthma bronchiale.

5) Cor pulmonale kronikum.

Di daerah industri di Republik Ceko umpamanya, dapat ditemukan prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India bagian utara di mana penduduk tinggal di rumah-rumah tanah liat tanpa jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah.

6) Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada nonsmokers di daerah perkotaan 10 kali lebih besar daripada daerah pedesaan.

7) Penyakit jantung, juga ditemukan 2 kali lebih besar morbiditasnya di daerah dengan pencemaran udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata dapat menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila telah ada tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 210 kali lebih besar daripada O2 sehingga bila kadar COI-Ib sama atau lebih besar dari 50%, akin dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah dari itu pun telah dapat mengganggu faal jantung. Scharf dkk (1974) melaporkan suatu kasus dengan infark myocard transmural setelah terkena CO.

8) Kanker lambung, ditemukan 2 kali Iebih banyak pada daerah dengan pencemaran tinggi.

9) Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya banyak juga dihubungkan dengan pencemaran udara. Juga gangguan pertumbuhan anak dan kelainan hematologik pernah diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan pembentukan antibodi terhadap influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat pencemaran tinggi, sedangkan di daerah lain pembentukannya normal.

Di Jepang sekarang secara resmi telah diakui oleh pemerintah pusat maupun daerah, sejumlah 7 macam penyakit yang berhubungan dengan pencemaran (pollution related diseases). yaitu:

? Bronchitis kronika

? Asthma bronchiale

? Asthrnatik bronchitis

? Emphysema pulmonum dan komplikasinya

? Minamata disease (karena pencemaran air dengan methyl-Hg)

? Itai-itai disease (karena keracunan cadmium khronik)

? Chronic arsenik poisoning (pencemaran air dan udara di tambangtambang AS).

Orang-orang dengan keterangan sah menderita penyakit ini, yang dianggap disebabkan oleh salah satu macam bahaya pencemaran, akan mendapat kompensasi akibat kerugian dan biaya perawatan dari penyakitnya oleh polluters.

Pengolahan Limbah Gas

Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk penyederhanaan buangan gas. Dasar pengembangan yang dilakukan adalah absorbsi, pembakaran, penyerap ion, kolam netralisasi dan pembersihan partikel.

Pilihan peralatan dilakukan atas dasar faktor berikut:

� Jenis bahan pencemar (polutan)

� Komposisi

� Konsentrasi

� Kecepatan air polutan

� Daya racun polutan

� Berat jenis

� Reaktivitas

� Kondisi lingkungan

Desain peralatan disesuaikan dengan variabel tersebut untuk memperoleh tingkat efisiensi yang maksimum.

Kesulitannya sering terbentuk pada persediaan alat di pasaran.

Pilihan desain yang diinginkan tidak sesuai dengan kondisi limbah, sebab itu harus dibentuk desain baru. Kemampuan untuk mendesain peralatan membutuhkan keahlian tersendiri dan ini merupakan masalah tersendiri pula.

Di samping itu ada faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu nilai ekonomis peralatan. Tidakkah peralatan mencakup sebagian besar investasi yang tentu harus dibebankan pada harga pokok produksi. Permasalahannya bahwa ternyata kemudian biaya pengendalian menjadi beban konsumen.

Atas dasar pemikiran ini maka pilihan teknologi .pengolahan harus merupakan kebijaksanaan perlindungan konsumen baik dari sudut pencemaran itu sendiri maupun dari segi biaya.

Pada umumnya jenis pencemar melalui udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia baik berupa limbah maupun bahan beracun dan berbahaya yang tersimpan dalam pabrik.

Limbah gas, asap dan debu melalui udara adalah:

1. Debu : Berupa padatan halus

2. Karbon monoksida : Gas tidak berwarna dan tidak berbau

3. Karbon dioksida : Gas, tidak berwarna, tidak berbau

4. Oksida nitrogen : Gas, berwarna dan berbau

5. Asap : Campuran gas dan partikel berwarna hitam: CO2 dan SO2

6. Belerang dioksida : Tidak berwarna dan herbau tajam

7. Soda api : Kristal

8. Asam chlorida : Berupa larutan dan uap

9. Asam sulfat : Cairan kental

10. Amoniak : Gas tidak berwarna, berbau

11. Timah hitam : Gas tidak berwarna

12. Nitro karbon : Gas tidak berwarna

13. Hidrogen fluorida : Gas tidak berwarna

14. Nitrogen sulfida : Gas, berbau

15. Chlor : Gas, larutan dan berbau

16. Merkuri : Tidak berwarna, larutan

DAFTAR PUSTAKA

A.K.SHAHA. 1997, Combustion Engineering and Fuel Technology OXFORD & IBH PUBLISHING CO.

Abdul Kadir, Prof., Ir., 1993. �Pengantar Tenaga Listrik�, Edisi Revisi, PT Pustaka LP3ES, Jakarta.

Bernasconi B., Gerster H., Hauser H., St�uble H., Schneiter E., �Chemiche Technologie 2� (alih bahasa) M.Eng., M. Handojo Lienda Dr. Ir., 1995. �Kimia Teknologi 2�, PT. Pradnya Paramita, Bandung.

Bernasconi B., Gerster H., Hauser H., St�uble H., Schneiter E., 1995. �Chemiche Technologie 1� (alih bahasa) M.Eng., M. Handojo Lienda Dr. Ir., �Kimia Teknologi 1�, PT. Pradnya Paramita, Bandung.

Brace, 1998. �Technology of Anodizing�, Robert Draper Ltd., Teddington.

Champbell, 1998. Prinsip of Manufacturing Materials & Processes, New Delhi.

Corbitt, R. E., 1989. Standard Handbook of Environmental Engineering, McGraw-Hill Book Co., New York.

Dennis, 2002. "Nickel and Chromium-Plating", Newnes-Butterworths.

Don A. Watson, 2000. CONSTRUCTION MATERIALS AND PROCESSES. Mc Graw-Hill Book Company, Sidney.

Erlinda N, Ir., 2004. "Korosi Umum", Seminar Masalah Penanggulangan Korosi dengan Bahan Pengubah Karat, LMN-LIPI.

Gabe, 1998. "Principle of Metal. Surface Treatment and Protection", 2nd edition, Pergamon Press, London.

George T Austin, E. Jasjfi (alih bahasa), 1995. �Industri Proses Kimia�, Jilid 1, Edisi 5, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Handojo, L, 1995, �Teknologi Kimia�, Jilid 2, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Katz, (Ed.) 1997. Methods Of Air Sampling and Analysis. Interdiscipplinary Books and Periodical, APHA, Washington.

Kenneth N.Derucher, Conrad P. Heins 1996. MATERIALS. FOR CIVIL AND HIGHWAY ENGINEERIG. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey Kertiasa Nyoman, 2006. �Laboratorium Sekolah & Pengelolaannya�, Pudak Scientific, Bandung.

Kusmulyana, 1993. Pemantauan Kualitas Udara. Pelatihan Pengelolaan dan Teknologi Limbah, ITB, Bandung.

Lawrence H Van Vlack, 2000. Elements of Materials Science & Engineering.

Addison-Wesley Publishing Company. Fourth edition.

Lowenheim, F.A., 2000. "Modern Electroplating", John Wiley & Sons.

M.G., Fontana, N.D. Greene, 2002. "Corrosion Engineering", Mc. Graw Hill Book Co.

McCabe L. Warren, Smith C. Julian, Harriot Peter, �Unit Operation Of Chemical Enginering fourth Edition� (alih bahasa) M. Sc. Jasjfi E., Ir., 1999 �Operasi Teknik Kimia�, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

McCabe L. Warren, Smith C. Julian, Harriot Peter, 1999. �Unit Operation Of Chemical Enginering fourth Edition� (alih bahasa) M. Sc. Jasjfi E., Ir., �Operasi Teknik Kimia�, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Misnah Pantono BE, Suhardi, Bsc., 1979. �Pesawat Tenaga Kalor/Ketel Uap 1�, Edisi Pertama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan � Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

N. Jackson. 1992, CIVIL NGINEERING MATERIALS. The Mac Millan Press Ltd. New Jersey.

Noil and Miller, 1997. Air Monitoring Survey Design. Ann Arbor Science, Michigan.

Oetoyo Siswono, Drs, 1982. �Proses Kimia Industri� Akademi Perindustrian Yogyakarta.

Perkins, H.C., 1994. Air Pollution. McGraw-Hill Kogakusha, Ltd, Tokyo.

S. Juhanda, Ir., 1993. "Pengantar Lapis Listrik", Proceeding Diklat TPLS Bidang Elektroplating, LMN-LIPI.

Sarengat, N., 2000. Dampak Kualitas Udara. Kursus AMDAL A, Bintari- UGM-UNDIP, Semarang.

Silman, H., BSc., 1998. �Protective and Decorative Coating for Me tals�, Finishing Publications Ltd., London.

Slamet Setiyo, Ir., Margono B.Sc., 1982. �Mesin dan Instrumentasi 2�, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan � Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

Soedomo M. 1998. Pehigelolaan Limbah Gas dan Partikulat Lingkungan Perkotaan (Sumber Bergerak). Pelatihan Pengelolaan dan Teknologi Limbah, ITB, Bandung.

Stern, A.C., 1996, Air Pollution, Third edition, Volume III Measuring, monitoring, and surveillance of air pollution. Academic Press, New York.

Tata Surdia Ir. Msc Met E; Kenji Chijiwa Prof. Dr. 2000, Teknik Pengecoran Logam. Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.

Ulrich D. Gael, 1984. �A Guide To Chemical Engineering Process Design And Economics� John Wiley & Sons, USA.

Ulrich, Gael D., 1984, �A guide to chemical Engineering Process Design and Economics� John Wiley and Sons.

W.H.Taylor, 1999. CONCRETE TECHNOLOGY AND PRACTICE. Mc Graw- Hill Book Company, Sidney.

Wahyudin, K., 1990. �Kursus Elektroplating dan Penerapannya�, Lembaga Metallurgi Nasional-LIPI - BENGPUSMAT III.

Bahan Bakar Dan Pembakaran, www.chemeng.vi.ac.id/wulan/materi/cecture%20notes/umum

Http://www.chem.itb.ac.id/safety/Tim Keselamatan Kerja Departemen Kimia Institut Teknologi Bandung, 2002

http://www.iaeste.ch/Trainees/Events/2007/IndustrialSightLeibstadt/

http://www.gc3.com/techdb/manual/cooltext.htm

http://www.indiamart.com/maitreyaenterprises/engineered-products.html

Sumber: Catatan Sekolah

Thank to: Duta Pulsa


LIMBAH INDUSTRI


Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya.
Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai keperluan rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses, diperdagangkan, diangkut dan lain-lain. Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk pembersih deterjen, amoniak, sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan masih banyak lagi untuk menyebutnya satu per satu. Bila ditinjau secara kimia bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Terdapat lima juta jenis bahan kimia telah dikenal dan di antaranya 60.000 jenis sudah dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap tahun diperdagangkan.
Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industri Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku industri maupun sebagai penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya.
Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain.
Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu.
Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun danberbahaya pada suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan ataupun pemakai.
Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan nilai ambang batasnya.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka waktu relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka panjang cukup fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan haruslah merumuskan akibat-akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh.
Melihat pada sifat-sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan.
Sumber: Catatan Sekolah

Jenis Limbah Industri

Limbah berdasarkan nilai ekonominya dirinci menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah nonekonomis. Limbah yang mempunyai nilai ekonomis yaitu limbah dengan proses lanjut akan memberikan nilai tambah. Misalnya: tetes merupakan limbah pabrik gula.
Tetes menjadi bahan baku untuk pabrik alkohol. Ampas tebu dapat dijadikan bahan baku untuk pabrik kertas, sebab ampas tebu melalui proses sulfinasi dapat menghasilkan bubur pulp. Banyak lagi limbah pabrik tertentu yang dapat diolah untuk menghasilkan produk baru dan menciptakan nilai tambah.
Limbah nonekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini yang sering menjadi persoalan pencemaran dan merusakkan lingkungan; Dilihat dari sumber limbah dapat merupakan hasil sampingan dan juga dapat merupakan semacam "katalisator". Karena sesuatu bahan membutuhkan air pada permulaan proses, sedangkan pada akhir proses air ini harus dibuang lagi yang ternyata telah mengandung sejumlah zat berbahaya dan beracun. Di samping itu ada pula sejumlah air terkandung dalam bahan baku harus dikeluarkan bersama buangan lain. Ada limbah yang terkandung dalam bahan dan harus dibuang setelah proses produksi.
Tapi ada pula pabrik menghasilkan limbah karena penambahan bahan penolong.
Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: limbah cair, limbah gas/asap dan limbah padat. Ada industri tertentu menghasilkan limbah cair dan limbah padat yang sukar dibedakan. Ada beberapa hal yang sering keliru mengidentifikasi limbah cair, yaitu buangan air yang berasal dari pendinginan. Sebuah pabrik membutuhkan air untuk pendinginan mesin, lalu memanfaatkan air sungai yang sudah tercemar disebabkan oleh sektor lain. Karena kebutuhan air hanya untuk pendinginan dan tidak untuk lain-lain, tidaklah tepat bila air yang sudah tercemar itu dikatakan bersumber dari pabrik tersebut. Pabrik hanya menggunakan air yang sudah air yang sudah tercemar pabrik harus selalu dilakukan pada berbagai tempat dengan waktu berbeda agar sampel yang diteliti benar-benar menunjukkan keadaan sebenarnya.
Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun bersama embun.
Limbah padat adalah limbah yang sesuai dengan sifat benda padat merupakan sampingan hasil proses produksi. Pada beberapa industri tertentu limbah ini sering menjadi masalah baru sebab untuk proses pembuangannya membutuhkan satu pabrik pula. Limbah penduduk kota menjadikan kota menghadapi problema kebersihan. Kadang-kadang bukan hanya sistem pengolahannya menjadi persoalan tapi bermakna, dibuang setelah diolah.
Menurut sifat dan bawaan limbah mempunyai karakteristik baik fisika, kimia maupun biologi. Limbah air memiliki ketiga karakteristik ini, sedangkan limbah gas yang sering dinilai berdasarkan satu karakteristik saja seperti halnya limbah padat. Berbeda dengan limbah padat yang menjadi penilaian adalah karakteristik fisikanya, sedangkan karakteristik kimia dan biologi mendapat penilaian dari sudut akibat. Limbah padat dilihat dari akibat kualitatif sedangkan limbah air dan limbah gas dilihat dari sudut kualitatif maupun kuantitatif.

Limbah Cair

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.

Limbah Gas dan Partikel

Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara.
Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

Limbah Padat

Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis.
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.
Sumber: Catatan Sekolah






Rabu, 03 April 2013

Safety di Pertambangan Uranium


Keselamatan Kerja di Pertambangan Uranium

Area Radiasi

  • Telah ada lebih dari 40 tahun pengalaman dalam menerapkan peraturan keselamatan radiasi internasional di tambang uranium.
  • Peraturan keselamatan radiasi di Australia dan Kanada saat ini adalah yang paling komprehensif dan ketat di dunia.
  • Kadar radiasi di tambang uranium Australia dan Kanada baik dalam batas-batas peraturan.
  • Perusahaan pertambangan uranium umumnya telah mengambil langkah-langkah aktif untuk mengurangi dosis radiasi di manapun dan kapanpun mereka bisa, dan sukarela mengadopsi rekomendasi internasional paling baru pada batas kadar jauh sebelum mereka menjadi bagian dari peraturan.

Semua dari kita menerima sejumlah kecil radiasi sepanjang waktu dari sumber alami seperti radiasi kosmik, batu, tanah dan udara. Penambangan uranium tidak meningkatkan ini discernably untuk masyarakat umum, bagi orang-orang Aborigin yang tinggal di dekat tambang di wilayah Australia, atau untuk orang lain di luar industri.

Sebuah takaran/dosis adalah jumlah radiasi medis yang signifikan diterima seseorang.

Di Australia, operasi penambangan yang dilakukan di bawah Pedoman Praktek negara dan Panduan Keselamatan untuk Perlindungan Radiasi dan Pengelolaan Limbah Radioaktif di Pertambangan dan Pengolahan Mineral, dikelola oleh pemerintah negara (dan menerapkan juga untuk operasi mineral pasir). Di Kanada, berlaku peraturan Komisi Keselamatan Nuklir Kanada. Di negara lain ada pengaturan serupa untuk menetapkan standar kesehatan bagi radiasi gamma, menghirup gas radon, serta untuk konsumsi dan menghirup bahan radioaktif. Standar berlaku untuk pekerja dan kesehatan masyarakat.

Produk dari penambangan uranium biasanya konsentrat uranium oksida - U3O8 - yang dikirim dari tambang di drum 200 liter. Ini hampir tidak radioaktif, tetapi memiliki toksisitas kimia yang mirip untuk menanganinya, tindakan pencegahan kebersihan sehingga pekerjaan diambil sama dengan yang di smelter timah. Sebagian besar radioaktivitas dari bijih berakhir di tailing.

Berdasarkan standar proteksi radiasi
Dalam prakteknya, proteksi radiasi didasarkan pada pemahaman bahwa peningkatan kecil dari tingkat alami paparan tidak mungkin berbahaya tetapi harus dijaga agar tetap minimum. Untuk mempraktekkan hal ini Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi (ICRP) telah menetapkan standar yang direkomendasikan perlindungan (baik untuk anggota masyarakat dan para pekerja dari radiasi) didasarkan pada tiga prinsip dasar:
  • Justifikasi. Tidak ada praktek yang melibatkan paparan radiasi seharusnya diadopsi kecuali menghasilkan keuntungan bersih untuk mereka yang terpapar atau masyarakat pada umumnya.
  • Optimisasi. Takaran radiasi dan risiko harus dijaga serendah mungkin yang bisa dicapai as low as reasonably achievable (ALARA), faktor ekonomi dan sosial yang diperhitungkan.
  • Batasan. Pemaparan individu harus tunduk pada Sebuah kadar atau resiko batas di atas yang risiko dari radiasi akan dianggap tidak dapat diterima.
Prinsip-prinsip ini berlaku untuk potensi bagi pemaparan disengaja serta pemaparan yang normal sudah diprediksi.

Mendasari adalah penerapan "hipotesis linear" didasarkan pada gagasan bahwa setiap tingkat dosis radiasi, tidak peduli seberapa rendah, melibatkan kemungkinan risiko terhadap kesehatan manusia. Asumsi ini memungkinkan "faktor risiko" berasal dari studi dosis radiasi yang tinggi untuk populasi (misalnya dari korban bom Jepang) yang akan digunakan dalam menentukan risiko untuk individu dari dosis rendah (ICRP Publication 60). Namun berat dari bukti ilmiah tidak menunjukkan adanya risiko kanker atau efek langsung pada dosis di bawah ablout 50 millisievert (mSv) per tahun.

Keselamatan catatan tentang industri pertambangan uranium yang baik. Catatan dosis radiasi disusun oleh perusahaan pertambangan di bawah pengawasan pihak berwenang telah menunjukkan secara konsisten bahwa karyawan perusahaan pertambangan tidak terkena Takaran dari radiasi yang melebihi batas. Dosis maksimum yang diterima adalah sekitar setengah dari 20 mSv / tahun serta batas rata-rata adalah sekitar sepersepuluh dari itu. (Hal ini sebanding dengan dosis alami hingga 50 mSv / tahun untuk beberapa tempat di India dan Eropa, tanpa efek samping yang jelas, dan rata-rata pemaparan dari 750 mSv / tahun di beberapa tambang Jerman Timur 1946-1954, yang mengakibatkan ribuan kasus kanker paru-paru.)

Mencapai keselamatan radiasi yang efektif
Meskipun uranium itu sendiri hampir tidak radioaktif, bijih yang ditambang harus dipandang sebagai potensial berbahaya karena produk pembusukan uranium, terutama jika itu adalah bijih bermutu tinggi. Radiasi gamma datang terutama dari isotop bismut dan timah dalam seri pembusukan uranium. Bahaya radiasi yang terlibat mirip dengan di banyak pertambangan pasir dan operasi pengolahan mineral.

Sejumlah tindakan pencegahan yang diambil di tambang uranium untuk melindungi kesehatan pekerja:
  • Debu yang dikendalikan, sehingga dapat meminimalkan menghirup gamma-atau alpha-memancarkan mineral. Dalam prakteknya debu adalah sumber utama paparan radiasi dalam memotong tambang uranium terbuka dan di area pabrik.
  • Paparan radiasi para pekerja di areal tambang, pabrik dan tailing dibatasi. Pada prakteknya, tingkat radiasi dari bijih dan tailing biasanya sangat rendah. Pada Olimpic Dam, paparan gamma langsung terdiri dari sekitar setengah dosis para penambang 'dan bagi mereka di pabrik, seperempatnya.
  • Paparan Radon daughter minimal dalam merupakan tambang terbuka karena ada ventilasi alami yang cukup untuk menghilangkan gas radon. Pada Ranger tingkat radon jarang melebihi satu persen dari tingkat diijinkan untuk paparan kerja terus menerus. Dalam sebuah tambang bawah tanah sistem dipaksa-ventilasi yang baik diperlukan untuk mencapai hasil yang sama, - pada dosis dari radiasi Olympic Dam di tambang dari radon putri dijaga sangat rendah, dengan rata-rata kurang dari 1mSv/yr. Takaran Kanada (di tambang dengan bijih bermutu tinggi) rata-rata sekitar 3 mSv / tahun.

Standar kebersihan ketat diberlakukan pada pekerja penanganan konsentrat uranium oksida. Jika tertelan memiliki racun kimia yang mirip dengan timbal oksida (Kedua timbal dan uranium bersifat toksik dan mempengaruhi ginjal. Tubuh semakin menghilangkan sebagian besar Pb atau U, melalui urin). Akibatnya, tindakan yang sama diambil seperti dalam smelter timah, dengan menggunakan pelindung pernapasan di daerah tertentu yang diidentifikasi oleh pemantauan udara.

Radiasi peraturan keselamatan di Australia
Ketika era saat penambangan uranium mulai di Australia pada 1970-an, peninjauan kerangka peraturan untuk keselamatan radiasi dilakukan. Hal ini mengakibatkan produksi tahun 1975 Commonwealth mengenai Perlindungan Radiasi di Pertambangan dan Penggilingan Bijih Radioaktif ('Health Code'). Pedoman Kesehatan dirumuskan dari rekomendasi yang dibuat oleh Komisi Internasional Radiological Protection (ICRP) dan batas-batas dosis radiasi yang diadopsi oleh Kesehatan Nasional dan Medical Research Council (NHMRC). Itu direvisi pada tahun 1980 dan lagi pada tahun 1987.

Standar perlindungan Radiasi
Setelah ICRP-60 rekomendasi yang diterbitkan pada tahun 1991, NHMRC dan Komisi Kesehatan & Keselamatan Nasional bersama-sama mempersiapkan Rekomendasi Australia yang baru untuk membatasi paparan radiasi pengion dan Standar Nasional untuk membatasi pemaparan dalam pekerjaan. Ini sesuai dengan Standar Keselamatan Dasar untuk proteksi radiasi yang diadopsi pada tahun 1994 oleh berbagai lembaga PBB.

Revisi ambang batas adalah 20 millisieverts per tahun rata-rata selama lima tahun berturut-turut. (Batas Paparan untuk masyarakat umum dari kegiatan yang berhubungan dengan radiasi tetap pada 1 mSv per tahun, yang kurang dari background radiasi rata-rata dari lingkungan.) Maskapai rekomendasi NHMRC dimasukkan dalam kode direvisi pada tahun 2005.

Sejak awal 1990-an, semua perusahaan pertambangan telah secara sukarela setuju untuk mengadopsi Rekomendasi ICRP-60, tanpa menunggu revisi lengkap dari Hukum Kesehatan yang muncul pada tahun 2005.


Sumber : www.world-nuclear.org